modul tentang inovasi sistem informasi dan new teknologi
BAHAN PEMBELAJARAN 9:
INOVASI PEMBELAJARAN MELALUI
TEKNOLOGI INFORMASI (INTERNET)
PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan
kita adalah rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari proses pendidikan
yang sedang berjalan maupun produk hasil pendidikan itu sendiri. Tengoklah
hasil laporan Bank Dunia tentang hasil tes membaca anak kelas IV SD Indonesia
sangat memprihatinkan, belum lagi bidang matematika dari 38 negara, Indonesia
menduduki peringkat ke 32. Sedangkan dari segi proses pendidikan khususnya
pembelajaran sebagian besar guru di kita lebih cenderung pembelajaran dalam
arti menanamkan materi pelajaran yang bertumpu pada aspek kognitif tingkat
rendah seperti mengingat, menghafal, dan menumpuk informasi. Oleh karena itu,
beragam tudingan yang disampaikan ke pihak pemerintah yang kurang peduli
terhadap pendidikan bangsanya termasuk urusan pendidikan dasar khususnya SD.
Rendahnya kualitas produk pendidikan tersebut
merupakan gambaran kualitas proses penyelenggaraan sistem pendidikan dimana
terkait banyak unsur, namun proses belajar mengajar merupakan jantungnya
pendidikam yang harus diperhitungkan karena pada kegiatan pembelajaran inilah
transformasi berbagai konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.
Dikaitkan dengan tuntutan masa depan yang bukan
hanya bersifat kompetitip tapi juga sangat terkait dengan berbagai kemajuan
teknologi dan informasi maka kualitas sistem pembelajaran yang dikembangkan
harus mampu secara cepat memperbaiki berbagai kelemahan yang ada. Salah satu
cara yang dapat dikembangkan adalah mengubah sistem pembelajaran konvensional
dengan sistem pembelajaran yang lebih efektif dan efesien dengan dukungan
sarana dan prasarana yang memadai. Pembelajaran dengan memanfaatkan sarana
teknologi imformasi melalui jaringan internet merupakan salah satu alternatif
yang tepat dan dapat mengatasi berbagai persoalan pembelajaran, walaupun sistem
pendidikan di Indonesia keberadaannya sangat hetrogen karena terbentur masalah
letak geografis yang sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan teknologi
informasi.
Kita harus menyadari bahwa perkembangan teknologi
informasi telah memasuki berbagai sendi kehidupan, termasuk dunia pendidikan
lebih khususnya pembelajaran telah diintervensi oleh keberadaan teknologi ini.
Seiring dengan perkembangan aplikasi teknologi informasi dalam dunia
pendidikan, maka berbagai bahan belajarpun telah diproduksi dan dikonsumsi oleh
pembelajar melalui medium teknologi informasi dalam bentuk kemasan yang sangat
bervareasi. Berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang mengandalkan
guru sebagai sumber belajar yang pertama dan utama sedangkan sumber lain
hanyalah pelengkap untuk kegiatan pembelajaran yang biasanya sudah digariskan
dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Electronic Learning (E.Learning) pada hakekatnya
adalah belajar atau pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer atau
internet. Teknologi belajar seperti itu dapat juga disebut pembelajaran
berbasis web (Web Based Instruction). Pembahasan mengenai E-Learning ini merupakan
fokus utama dalam pembelajaran modul ini, oleh karena itu secara rinci sajian
materi modul ini meliputi penjelasan tentang: konsep pembelajaran
Electronic Learning, model pengembangan pembelajaran melalui internet,
dan kemasan bahan belajar melalui teknologi informasi.
Setelah
mempelajari modul ini secara khusus anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep pembelajaran electronik learning ysng sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa di sekolah dasar
2. Menjelaskan
pengembangan elektronik learning dalam aplikasinya pada pembelajaran
3. Menjelaskan
kemasan bahan belajar melalui teknologi informasi
Untuk membantu anda mencapai tujuan tersebut, modul
ini diorganisasikan menjadi tiga kegiatan pembelajaran, yaitu:
Kegiatan
Pembelajaran I : Konsep Elektronik Learning
Kegiatan Pembelajaran 2: Pengembangan model pembelajaran melalui
Elektronik Learning
Kegiatan Pembelajaran 3: Kemasan Bahan Belajar
melalui Elektronik Learning Untuk membantu anda dalam mempelajari BBM ini, ada
baiknya diperhatikan
beberapa
petunjuk belajar berikut ini:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini sampai anda memahami secara
tuntas tentang apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari bahan ajar ini.
2. Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata yang dianggap
baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci tersebut dalam kamus yang
anda miliki.
3. Tangkaplah pengertian demi pengertian melalui pemahaman sendiri dan
tukar pikiran dengan mahasiswa lain atau dengan tutor anda.
4. Untuk memperluas wawasan, baca dan pelajari sumber-sumber lain yang
relevan. Anda dapat menemukan bacaan dari berbagai sumber, termasuk dari
internet.
5. Mantapkan pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan dan melalui kegiatan
diskusi dalam kegiatan tutorial dengan mahasiswa lainnya atau teman sejawat.
6. Jangan dilewatkan untuk mencoba menjawab soal-soal yang dituliskan pada
setiap akhir kegiatan belajar. Hal ini berguna untuk mengetahui apakah Anda
sudah memahami dengan benar kandungan bahan belajar ini.
KEGIATAN PEMBELAJARAN I : KONSEP PEMBELAJARAN ELEKTRONIK LEARNING
PENGANTAR
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak
positif bagi kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Khususnya teknologi komputer
dan internet, baik dalam hal perangkat keras maupun perangkat lunak, memberikan
banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses
pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada faktor
kecepatan untuk mendapatkan informasi namun juga fasilitas multi media yang
dapat membuat belajar lebih menarik, visual dan interaktif. Sejalan dengan
perkembangan teknologi internet, banyak kegiatan pembelajaran yang dapat
dilakukan dengan memanfaatkan teknologi ini.
Dengan adanya perkembangan dalam bidang
pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas, maka proses pembelajaran tradisional-konvensional
yang terjadi dalam ruangan kelas, pada era desentralisasi dan globalisasi saat
ini pelan namun pasti akan mengalami mulai kehilangan bentuk. Di samping itu,
dalam kenyataannya pada skala yang lebih besar, kegiatan belajar tradisional-konvensional
membutuhkan biaya yang cukup besar
dalam penyiapan infrastrukturnya (ruangan, laboratorium, perpustakaan,
meubel, media pembelajaran, dan lain-lain). Dengan kondisi seperti itu, maka
dewasa ini banyak pihak penyelenggara pendidikan mulai melirik penerapan konsep
distance learning sebagai alternatif
pembelajaran yang dianggap lebih efektif dan efisien, terutama sekali sebagai
pengaruh munculnya perkembangan yang sangat pesat yang terjadi dalam bidang
teknologi telekomunikasi dan teknologi informasi . Berbagai teknologi dan
aplikasi tercipta dalam upaya mendukung kegiatan operasional kehidupan manusia
maupun organisasi, termasuk kegiatan belajar dan mengajar.
A. Pengertian Teknologi Informasi dalam
Pembelajaran
Istilah Teknologi Informasi lahir pada abad ke
duapuluh yang diawali dengan terbentuknya masyarakat informasi. Istilah
Teknologi Informasi yang menggunakan kata informasi, pada dasarnya sangat
berkaitan dengan istilah TK (Teknologi Komunikasi) yang dikenal lebih dahulu.
Kita melihat ada teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai penyaluran
informasi, ada juga teknologi informasi yang berfungsi sebagai penyimpan dan
pengolah informasi. Fungsi yang terakhir inilah menyebabkan orang menyebutnya
teknologi komunikasi sebagai teknologi informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Websters New Word
Dictionary and Communications disebutkan bahwa teknologi informasi adalah
pemrosesan, pengolahan, dan penyebaran sata oleh kombinasi komputer dan
telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI
menitik beratkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan
menggunakan komputer dan telekomunikasi.
Dengan demikian semakin jelas bahwa kelahiran
istilah TI didasari perkembangan teknologi pengolahan data. Apabila teknologi
komunikasi merupakan alat untuk menambah kemampuan orang berkomunikasi, maka
teknologi informasi adalah pengerjaan data oleh komputer dan telekomunikasi.
Pemisahan istilah ini secara moderat ditunjukan oleh organisasi sarjana
komunikasi internasional yang mengelompokan sarjana komunikasi yang menekuni
bidang teknologi komunikasi dalam divisi “Communication and Technology”,
sedangkan sarjana k omunikasi yang menekuni teknologi informasi dikelompokkan
kedalam devisi sistem informasi (Abrar, 2001).
Dalam konteks yang lebih luas, teknologi informasi
merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin komputer dan komunikasi dan
teknik yang digunakan untuk menangkap, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi,
menghantar dan mempersembahkan suatu bentuk informasi yang besar. Komputer yang
mengendalikan semua bentuk idea dan informasi memainkan peranan yang sangat
penting (Munir, 2004).
Pada awalnya teknologi informasi diartikan sebagai
perangkat keras dan lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas
pemrosesan data (Alter dalam Syam, 2004). Namun dalam perkembangannya mendapat
respon yang lebih luas, dimana teknologi informasi juga mencakup teknik
komunikasi sebagai sarana untuk mengirim informasi. Dengan demikian segala
bentuk teknologi yang diimplementasikan untuk memproses dan mengirim informasi
dalam bentuk elektronik, software pemroses transaksi perangkat lunak untuk
lembar kerja, peralatan komunikasi serta jaringan termasuk pada wilayah
teknologi informasi. Everett M. Roger dalam Syam (2004) menempatkan teknologi
informasi bukan hanya sebagai sarana fisik, namun dapat berfunsi sebagai yang
meneruskan nilai-nilai sosial bagi para pemakainya.
Terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada
definisi E-Learning diantaranya:
1. E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of
America Securities).
2. E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat trjadi
dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja stelit
dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen).
3. E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain,
mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie).
4. E-Learning
adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (Cisco System)
5. E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi,
individu, konprehensif (Greg Priest)
6. E.Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk
internet, intranet, extranet, satelit broadcast, audio/video tape, televisi
interaktif, dan cd-rom (Cornelia Weagen).
7. E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk
membuat, mengirim, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson dan Piper
Jafray)
8. E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran
dimanapun dan kapanpun (Arista Knowledge System).
Pada akhirnya Elektronik Learning dapat didifinisikan sebagai upaya
menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber belajar (data base, pakar/guru,
perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan. Interaktivitas
dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung (synchronous) maupun
tidak langsung (asynchronous).
B. Hakikat Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi yang menyatukan kemajuan komputasi, televisi, radio,
dan telepon menjadi satu kesatuan (terintegrasi) terbentuk sebagai suatu
revoluasi informasi dan komunikasi global. Revolusi ini terwujud dari kemajuan
teknologi di bidang komputer pribadi, komunikasi data dan kompresi, bandwitdh,
data stroge dan data acess, integrasi multimedia dan jaringan komputer.
Teknologi Informasi dapat menjadi alat pendorong ke arah kemajuan bangsa. Salah
satu dampak terbesar adalah perkembangan pembangunan di bidang pendidikan. Hal
yang merupakan jembatan menuju bangsa yang maju di mana masyarakat dapat
memiliki alat-alat yang membantu mereka mengembangkan usaha dan menikmati
hasilnya secara mudah, murah dan merata. Sesuatu yang merupakan kerangka akses
untuk semua orang dalam mengarungi abad 21 ini.
Teknologi Informasi dan
komunikasi dapat membantu memberi perubahan besar di banyak negara. Dalam era
global sekarang ini tidak ada lagi sekat dalam hal akses informasi sehingga
semua lapisan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk mengembangkan
diri dalam segala aspek kehidupan. Tentunya kita sebagai masyarakat Indonesia
tidak dapat menolak terhadap "booming'
Teknologi Informasi dan komunikasi ini. Peranan dunia pendidikan menjadi pintu
utama untuk menyaring, mentransfer dan memberikan constraints sehingga nilai-nilai tradisional yang positif tidak
mudah terkikis bahkan kita berharap dapat bergabung secara sinergis. Tentunya
tugas kita sernua untuk sama-sama berpikir mencari format terbaik bagaimana
memanfaatkan dan mengevaluasi peranan Teknologi Informasi dan komunikasi dalarn
meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air tercinta ini.
Kurun waktu yang relatif singkat
semenjak Internet pertama kali terbuka penggunaannya untuk pemakaian umum pada
tahun 1986, jaringan informasi dan komunikasi ini telah merambah dengan
kecepatan luar biasa ke seluruh pelosok dunia tak
terkecuali Indonesia. Menurut data terakhir, pada
tahun 1999 lebih dari100 juta orang menggunakan Internet dan jumlah tersebut
masih terus akan bertambah, seiring dengan bertambahnya kesadaran orang akan
perlunya informasi dan semakin banyaknya kemudahan-kemudahan yang bisa didapat
metalui Internet.
IDC memperkitrakan ada 196 juta
pengguna internet di seluruh dunia sampai akhir tahun 1999, dan diramalkan akan
menjadi 502 juta pengguna pada tahun 2003. Kegiatan berinternet akan bertambah
dua kali lipat setiap 100 hari, dan diperkirakan pada tahun 2005 sebanyak 1
milliar penduduk dunia akan tergabung dan terhubung satu sama lain melalui
jaringan Internet.
Perkembangan penggunaan Internet
di Indonesia cukup mengesankan. Pusat Industri dan Perdagangan Lembaga
Pengembangan Kewirausahaan Bina Mitra Sejahtera, melaporkan bahwa pada tahun
1995 ada sekitar 10.000 pengguna yang tersambung ke Internet, dan pada tahun
1997 angka itu menjadi 100.000. Kemudian menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2001
mencapai 2,4 juta orang. Angka tersebut naik lebih dari dua kali lipat
dibandingkan dengan angka pada akhir tahun 200 sebesar 1,9 juta orang. Pengguna
sebanyak 2,4 juta orang tersebut terdiri dari 550 ribu pengguna perumahan, 26
ribu pengguna perusahaan, 2000 sekolah dengan rata-rata 500 penggunalsiswa
persekolah, 500 perguruan tinggi dengan rata-rata 1000 mahasiswa per kampus dan
2500 warnet dengan rata-rata 100 orang pelanggan perwanet.
Kesadaran masyarakat baik dari
kalangan content provider maupun
khalayak pengguna juga cukup menggembirakan. Paling tidak pada saat ini ada
lima situs di Indonesia yang membentuk komunitas pendidikan online yaitu supersiswa.com, sekolah
2000.orid, pendidikan.net, ksi.plasa.com, esensi.com, ayo.net.com, dan
ub.net.id. Ketujuh situs tersebut tumbuh karena adanya kebutuhan khalayak akan
adanya suatu layanan pendidikan melalui Internet, dan rupanya kebutuhan
tersebut direspon secara positif oleh kalangan swasta, yang mendapat dukungan
dari Departemen Pendidikan Nasional.
Situs-situs khusus dalam bidang
pendidikan diantaranya ialah situs Sekolah 2000 yang semula bernama SMU 2000,
yang merupakan suatu situs pendidikan yang terbesar yang tumbuh daril inisiatif
APJII (Asosiasi Pengusaha Jaringan Internet Indonesia) yang kemudian
mendapatkan dukungan dari Depdiknas dan pihak swasta lain seperti produsen
komputer dll. Dengan dukungan Depdiknas tersebut kini Sekolah 2000 berhasil
membentuk komunitas pendidikan yang memiliki anggota 404 sekolah SLTP, SMU dan
SMK Negeri maupun swasta yang tersebar di 20 propinsi (Sekolah 2000.or.id, Mei,
2001).
Semakin bertambahnya sekolah yang
tergabung dalam. kamunitas pendidikan, semakin bertambahnya jumlah
warnet-warnet, dan seiring dengan bertambahnya rumah tangga yang memiliki
kornputer yang terhubung ke Internet, maka kesempatan bagi siswa untuk
memanfaatkan Internet juga semakin tinggi. Dengan demikian bisa diasumsikan
pula bahwa peluang memanfaatkan internet untuk keperluan pendidikan atau secara
lebih khusus lagi untuk keperluan pembefajaran di lingkungan sekolah di
Indonesia menjadi hal yang sangat mungkin dan layak untuk dilaksanakan.
C. Konsep Pembelajaran melalui Teknologi Informasi
Perkembangan peradaban manusia
diiringi dengan perkembangan cara penyampaian informasi (yang selanjutnya
dikenal dengan istilah Teknologi Informasi). Mulai dari gambar-gambar yang tak
bermakna di dinding-dinding gua, peletakkan tonggak sejarah
dalam
bentuk prasasti sampai diperkenalkannya dunia arus informasi yang kemudian
dikenal dengan nama internet. Informasi yang disampaikan pun berkembang dari
sekedar menggambarkan keadaan sampai taktik bertempur
Khusus penggunaan Internet untuk
kepeduan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju,
merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan
diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi
karena dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan
bisa digunakan sebagai media pembelajaran sebagaimana media lain telah
dipergunakan sebelumnya seperti radio, televisi, CDROM Interkatif dan
lain-lain.
Pernanfaatan internet sebagai
bagian dari kegiatan pembelajaran di sekolah tidaklah sesederhana dan semudah
yang dibayangkan, karena banyak hal yang harus dipelajad, dipertlafikan dan
dilakukan dengan sungguh-sungguh sebelum menerapkannya. Sebagai media yang
diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah,
internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses
kornunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan
dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung ofeh
internet tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan
dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai
kegiatan komunikasi yang ditakukan untuk mengajak siswa mengedakan tugas-tugas
dan membantu siswa dalam memeperoteh pengetahuan Vang d~butuhkan dalarn rangka
mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher 1999).
Strategi pembelajaran yang
meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan evaluasi,
secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode
dasar dialog komunikasi sebagai berikut (Boettcher 1999):
-
Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa
-
dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber
belajar
-
dialog/komunikasi di antara siswa
Apabila ketiga aspek tersebut
bisa diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi
proses pembelajaran yang optimal. Sebagaimana ditegaskan oleh Bottcher (1995),
bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan mengutamakan keseimbangan antara
ketiga diaioglkomuniaksi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran
berbasis Web.
Sesungguhnya internet merupakan
media yang bersifat multi-rupa, pada satu sisi [nternet bisa digunakan-untuk
berkornunikasi secara interpersonal misalnya dengan menggunakan e-mail dan chat
sebagai sarana berkornunikasi antar pribadi (one-to-one communications), di sisi lain dengan e-mail-pun pengguna bisa
melakukan kornunikasi dengan lebih
dari satu orang atau sekelompok pengguna yang lain (one-to-many communications).
Bahkan sebagaimana telah disinggung di bagian depan, internet juga memiliki kemampuan mernfasilitasi
kegiatan diskusi dan kolaborasi oleh sekelompok orang. Di samping itu dengan
kemampuannya untuk menyelenggarakan komunikasi tatap muka (teleconference), memungkinkan pengguna internet bisa
berkornunikasi secara audiovisual sehingga dimungkinkan terselenggaranya
kornunikasi verbal maupun non-verbal secara real-time.
Secara nyata internet memang akan
bisa digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah, karena memiliki
karakteristik yang khas yaitu (1) sebagai media interpersonal dan juga sebagai
media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one
maupun one-to-many, (2) memiliki sifat interkatif,
dan (3) memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron (syncronous) maupun tertunda (asyncronous),
sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis dialoglkomunikasi yang
merupakan syarat terselengaranya suatu proses belajar mengajar.
Beberapa studi menunjukkan bahwa
internet memang bisa dipergunakan sebagai media pembelajaran, seperti studi
telah dilakukan oleh Center for Applied
Special Technology (CAST) pada
tahun 1996, yang dilakukan terhadap sekitar 500 murid kelas lima dan enam sekolah dasar. Ke 500 murid tersebut dimasukkan
dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen yang dalam kegiatan belajamya
dilengkapi dengan akses ke Internet dan kelompok kontrol. Setelah dua bulan
menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapat nilai yang lebih tinggi
berdasarkan hasil tes akhir.
Lebih lanjut studi eksperimen
yang dilakukan oleh Anne L. Rantie dan kawan kawan di SMU 1 BPK Penabur Jakarta
pada tahun 1999 mengenai penggunaan Internet untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar Bahasa Inggris, menunjukkan bahwa murid yang terlibat dalam eksperimen
tersebut memperlihatkan peningkatan kemampuan mereka secara signifikan dalam
menulis dan membuat karangan dalam bahasa Inggris.
Internet mempunyai peran yang sangat strategis,
bahkan dengan karakteristiknya yang khas maka pada masa yang akan datang
Internet bisa menjadi media pembelajaran yang paling terkemuka dan paling
dipergunakan secara luas.
D. Faktor Pendukung Pembelajaran melalui Teknologi
Informasi
Sebagai dasar untuk memanfaatkan
internet sebagai media pembelajaran dalam seting sekolah, ada beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian dan penanganan yang sehus agar penyelenggaraan
pemanfaatan internet untuk pembelajaran bisa berhasil, yaitu:
Faktor Lingkungan, yang meliputi institusi
penyelenggara pendidikan dan masyarakat Siswa atau peserta didik meliputi usia,
latarbelakang, budaya, penguasaan bahasa dan
berbagai
gaya belajamya
Guru atau pendidik meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar,
pengalaman dan personalitinya
Faktor teknologi meliputi komputer, perangkat lunak, jaringan, koneksi
ke internet dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet
di lingkungan sekolah
1. Institusi
Peranan institusi yang diwujudkan
dalam bentuk kebijakan dan komitmen, sangat menentukan terselenggaranya
pemanfaatan internet untuk pendidikan dalam lingkungan sekolah. Institusi yang
paling pertama yang dituntut untuk memiliki komitmen dalam pendayagunaan
internet untuk pembelajaran tentu saja adalah sekolah. Hal ini terutama
berkaitan dengan penggunaan teknologi tinggi yang menyangkut keharusan
menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan peralatan (komputer dan
kelengkapannya), jaringan, line telepon (koneksi ke ISP), biaya beriangganan ke
Internet Service Provider (ISP), biaya penggunaan telepon dan sebagainya.
Kesulitan tidak hanya untuk
investasi peralatan ataupun infrastrukturnya, tetapi juga pada masalah biaya
perawatan dan biaya operasional, yang harus dikeluarkan agar sistem terus bisa
berfungsi. Belum lagi kesulitan untuk menyiapkan sumberdaya manusia yang
memiliki kompetensi untuk mengelola sistem, baik sistem pembelajaran melalui
internet
maupun sistim
pengelolaan fasilitas (perangkat keras, jaringan dan software management).
Peranan institusi lain yang tak
kalah pentingnya ialah. dalam memberikan kesadaran (awareness) baik terhadap guru maupun siswa tentang teknologi
komunikasi dan informasi terutama
potensi internet sebagai media pembelajaran. Kemudian dilanjutkan pemberian
pengetahuan mengenai prosedur dan tata cara memanfaatkan internet, melalui
berbagai kegiatan dan pelaflhan yang terus menerus, sehingga secara tidak
langsung akan tercipta lingkungan yang akrab teknologi.
Terlihat bahwa hal yang paling
mendasar dalam penerappn internet di sekolah adalah motivasi, kesiapan dan
kesungguhan institusi yang diwujudkan dengan suatu kebijakan yang menyeluruh,
meliputi kebijakan berubahnya metode pengajaran, kebijakan mengenai manajemen
dan prosedur, kebijakan mengakses internet dan lainlain. Karena sernua itu
merupakan kunci utama keberhasilan pendayagunaan internet untuk pembelajaran di
lingkungan sekolah.
2. Masyarakat
Lingkungan yang perlu mendapat
perhatian ialah lingkungan keluarga siswa. Karena dari lingkungan keluargalah
diharapkan muncuinya dukungan yang mampu memberikan docongan untuk memotivasi
siswa dalam memanfaatkan internet untulk keperluan pendidikan.
Hardijito (2001) dalam penelitiannya
terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI Jakarta yang secara rutin mengakses
internet, menemukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet sebagian besar
(55,7%) datang dari lingkungan keluarga yang semua anggotanya (orang tua, kakak
adik) menggunakan internet, dan hanya 5,7% dari keluarga yang sama sekali tidak
menggunakan internet.
Selain keluarga, lingkungan
paling dekat lainnya yang sangat mempengarnhi siswa dalam mengunakan internet
ialah teman sebaya (peer group).
Pengaruh lingkungan ini bahkan lebih besar dari lingkungan keluarga,
sebagaimana didapatkan dari hasil penelitlan Hardjito (2001) yang menunjukkan
bahwa dart temanlah mereka pertama kali belajar internet, mengajari internet
secara lebih mendalam dan mendapatkan dorongan untuk menggunakan internet.
Oleh karena itu lingkungan siswa ini juga
dipersiapkan dan disentuh agar tercipta suasana yang kondusif, yang mampu
memberikan dukungan terhadap siswa dalam memanfaatkan internet untuk
pendidikan.
3. Guru
Peranan guru tak kalah
menentukannya terhadap keberhasilan pemanfaatan internet di sekolah. Pemantauan
sementara di beberapa sekolah dasar, dan menengah di Bandung umumnya
menunjukkan bahwa inisiatif pemanfaatan internet di sekolah justru banyak yang
datang dari guru-guru yang memiliki kesadaran lebih awal tentang potensi
internet guna menunjang proses belajar mengajar.
Keberhasilan pernbelajaran
berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru-guru
yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Untuk itu perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
-
Guru perlu diberikan pemahaman
berbagai keuntungan, termasuk kelebihan dan kelemahan penggunaan internet untuk
pembelajaran, sehingga mereka memiliki motivasi dan komitmen yang cukup tinggi
-
Guru, baik nantinya dia akan berperan
sebagai pengembang dan pengguna maupun yang diproyeksikan sebagai pengelola
sistem pembelajaran berbasis internet, harus dibekali dengan kesadaran,
wawasan, pengetahuan dan keterampilan tentang internet
-
Guru yang akan dilibatkan dalarn
pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran hendaknya memiliki
pengalaman dan kemampuan mengajar yang cukup
-
Jumlah guru yang akan dilibatkan
dalam pengembangan dan pemanfaatan internet untuk pembelajaran, hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan dilakukan secara bertahap
-
Guru harus memiliki komitmen dan
keseriusan dalam menangani pengembangan dan pemanfaatan internet untuk
pembelajaran
-
Tetap menjaga gaya mengajar
tiap-tiap guru. karena hal itu akan dicerminkan dalam cara pembelajaran mereka
kelak di sistem pembelajaran dengan internet.
4. Siswa
Pemahaman tentang audiens bisa
didapat melalui analisis dengan menggunakan data demografi maupun psikografi,
antara lain dengan menguji perbedaan-perbedaan karakteristik, sikap dan
perilaku audiens. Pemilahan atau pengelompokan diperlukan dalam kaitannya untuk
bisa membuat suatu pendekatan atau strategi pendayagunaan internet lebih tepat
sasaran, mengingat bahwa sasaran didik tersegmen dalarn kelompok
sekolah-sekolah yang berbeda. Pemahaman tentang perbedaan-perbedaan motif
penggunaan internet berdasarkan aspek demografl dan psfkografi tersebut,
menjadi penting agar pengembangan program pendidikan dengan mendayagunakan
internet bisa lebih menyentuh kondisi riel sasaran.
Sesungguhnya sasaran didik
terkelompok dalam segmen-segmen tertentu yang mengehendaki adanya perlakuan
yang berbeda pula. Sehinggga dalam menerapkan pendayagunaan internet di sekolah
akan lebih baik apabila melakukan segmentasi secara lebih homogen baik ditinjau
dad aspek demografi maupun psikografi,walaupun sesungguhnya pendekatan
segmentasi ini lebih dikenal dalam konsep pemasaran yang menghendaki
diketahuinya kelompok-kelompok sasaran dengan jelas melalui pendekatan
segmentasi pasar, namun pendekatan ini sesunguhnya juga bisa diterapkan dalam
sernua bidang kegiatan termasuk dalarn bidang pendidikan. Konsep ini mulai
berkembang setelah Wenddell Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen pada
dasarnya berbeda, sehingga dibutuhkan programprogram pemasaran yang
berbeda-beda pula untuk menjangkaunya. Pendapat tersebut kemudian diperkuat
oleh Frederick Winter (1977) yang menyatakan bahwa average consumer- untuk kepentingan praktis – sudah harus
dihapuskan dari kamus manajemen pemasaran (Kasali, 1999). Segmentasi adalah hal
yang wajib ditempuh dalam suatu proses pemasaran baik komersial maupun sosia,
karena dengan demikian kita bisa memberikan pelayanan sebaik-baiknya pada
masing-masing segmen dan memberikan kepuasan orang-orang di dalam segmen
tersebut (Kasali, 1999).
Hal tersebut sejalan juga dengan
teori teknologi pembelajaran dimana keberhasilan tujuan pembelajaran sangat
ditentukan oleh sejauh mana kita mengenali sasaran didik kita. Bila pendidik
menganggap siswa mereka sebagai manusia (human
being), dengan segal hak-hak dan perbedaan-perbedaan motivasinya, maka ia
akan mengenggap bahwa murid merupakan bagian atau subjek dari suatu proses
belajar mengajar (Heinrich, 1996).
Segmentasi menjadi sangat
penting, karena sebagaimana yang disampaikan Renald Kasali (1999) dalam bukunya
‘Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi Targeting dan Positioning”, bahwa lebih
dari 60% kegagalan bisnis disebabkan oleh gagalnya pengusaha mendefinisikan
pasar yang dituju, dan lebih dari 60% kegagalan kampanye sosial dan politik
disebabkan tidak dipahaminya segemen pasar yang dituju. Uraian tersebut
menunjukan bahwa sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet yang akan
dikembangkan hendaknya memperhatikan perbedaan-perbedaan karakteristik dan
segmen sasaran didik. Atau dengan kata lain perlu dikembangkan suatu sistem
pembelajaran yang paling sesuai dengan segmen-segmen sasaran didik yang dibina.
5. Teknologi
Untuk terselenggaranya kegiatan
pembelajaran dengan dukungan internet, maka setelah ketiga unsur didepan
dipenuhi dengan kondisi sebagaimana telah diuraikan, maka faktor teknologi
merupakan suatu hal yang juga mutlak harus tersedia dan harus memenuhi standar
minimal yang dipersyaratkan, baik yang berkaitan dengan peralatan,
infrastruktur, pengoperasian, dan perawatannya.
Idealnya dalam pemanfaatan
internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah komputer yang
bisa mengakses internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah
komputer yang bisa mengakses internet akan lebih baik lagi kalo
komputer-komputer yang tersambung ke internet tersebut diletakkan di ruang
khusus seperti ruang laboraturium komputer ataupun di ruangan-ruangan lain yang
dianggap strategis. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi
guru dan siswa dalam mengakses internet.
Cara yang paling efektif dan
efisien untuk menghubungkan seejumlah komputer ke internet adalah dengan
membangun jaringan lokal, Local Area Network (LAN). Dengan adanya jaringan maka
hanya diperlukan satu sambungan saja ke internet yang bisa dipergunakan secara
bersama-sama oleh komputer yang tergabung dalam jaringan tersebut. Satu hal
yang paling penting dari jaringan dan koneksi ke internet untuk keperluan
pembelajaran, ialah keandalannya afar bisa dipergunakan setiap saat selama 24
jam dengan tingkat gangguan ataupun kegagalan yang sangat minimal.
Jaringan yang umum dipergunakan
ialah model jaringan client/ server.
Model ini memisahkan secara jelas, komputer mana yang memberikan layanan
(server) dan komputer-komputer mana yang mendapat layanan (client). Agar
secrver dan client bisa berkomunikasi diperlukan server program/ software dan
client program/ software.
Dari sisi cara menghubungkan
server dengan client, ada tiga pilihan tipologi yang bisa digunakan yaiitu
tipologi bus, tipologi ring, dan tipologi star atau hub.
Untuk mengembangkan , mengoperasikan,
dan merawat infrastruktur tersebut diperhatikan empat aspek dari faktor
teknologi yaitu client (software dan hardware), server (software dan hardware),
mode distribusi dan dukungan teknik (McCormack, 1998).
·
Client (software dan hardware)
-
Konfigurasi minimal komputer yang
dipergunakan, meliputi kemampuan procesot, memori, kapasitas penyimpanan,
monitor dan kartu jaringan.
- Program
(operating system( yang akan dipergunakan
- Software
Internet (Browser) yang akan dipergunakan
-
Software lain yang akan
dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet.
- Pengaturan
waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap pengguna
·
Server (software dan hardware
-
Apakah akan dipergunakan satu
server untuk menangani semua kegiatan ataukah akan menggunakan lebih dari satu
server untuk menangani setia jenis kegiatan (file server, -webserver, e-mail
server, web-course server dll)
-
Konfigurasi minimal komputer yang
dipergunakan sebagai server, meliputi kemampuan procesor, memori, kapasitas penyimpanan,
monitor, kartu jaringan dan peralatan pendukung seperti switch, modem, router
dll
- Program
(operating sistem) dan server manajemen yang akan dipergunakan
-
Software lain yang akan
dipergunakan untuk mendukung penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet.
-
Pengaturan level of security,
waktu maupun lama pengaksesan oleh setiap pengguna.
- Software
pelindung dari serangan virus maupun cracker atau hacker yang handal
·
Mode distribusi
-
Apakah komunikasi dalam rangka
pembelajaran akan dilakukan secara online, off-line atau kombinasi online dan
off-line
- Seberapa
cepat akses yang diperlukan
-
Lebar pita hubungan ditentukan
apa saja yang akan didistribusikan (teks, grafik, audio, video)
-
Hubungan dari jaringan ke ISP,
bisa digunakan dengan cara dial-up melalui sambungan telepon biasa, lease-line,
radio ataupun satelit. Pemilihannya tentu saj disesuaikan dengan jenis
komunikasi yang akan dilakukan, materi yang akan didistribusikan, dan tentu
saja dana yang tersedia
·
Dukungan teknik
Dukungan ini lebih bersifat
kepada penyediaan sumberdaya manusia yang akan bertanggung jawab terhadao
berfungsinya sistem dan memberikan bantuan apabila guru maupun siswa mengalami
kesulitan berkaitan dengan perangkat keras maupun perangkat lunak, dalam
pelaksanaan penyelenggaraan pembelajaran berbasis internet. Sumber daya manusia
minimal yang diperlukan paling tidak terdiri dari:
- Administrator
jaringan
- Administrator
Web Course
- Teknisi
komputer
Sumber daya manusia tersebut bisa
direkrtut secara khusus tenaga yag sudah memiliki kualifikasi untuk itu,
ataupun dengan memberikan pelatihan khusus kepada beberapa orang guru yang
mempunyai minat dan dedikasi ke arah itu.
LATIHAN
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan di bawah ini secara jelas dan tepat:
1.
Jelaskan pengertian Elektronik
Learning sesuai pendapat para ahli (Minimal 4 pendapat)!
2. Bagaimana
karakteristik pembelajaran melalui teknologi informasi!
3.
Mengapa belajar melalui internet
lebih efektif dibandingkan belajar secara konvensional!.
4.
Jelaskan faktor-faktor
pendudukung terlenggaranya pemebelajaran melalui teknologi informasi!
Rambu-rambu
jawaban:
1. Empat
pengertian dasar dari e-learning, yaitu:
a. E-Learning adalah pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer
atau internet (Herry Hernawan)
b. E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain,
mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliot Masie)
c.
E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (Cysco System)
d. E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi
individu dan konprehensif (Greg Priest)
2.
Sebagai media interpersonal,
memiliki sifat interaktif, memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron
maupun tertunda.
3.
Mampu mengatasi berbagai
persoalan pembelajaran, hemat waktu dan biaya, sumber belajar tidak bergantung
pada guru dan mendorong siswa berkreasi dan berinovasi.
4. Dukungan
yang datang dari intitusi, masyarakat, guru, siswa, dan teknologi.
RANGKUMAN
Pemanfaatan teknologi informasi
baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara
yang diharapkan efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang
masih bersifat konvensional. Dengan menggunakan teknologi informasi diharapkan
terjadi interaksi pembelajaran anatara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar
lebih komunikatif. Melalui berbagai model pembelajaran yang ditawarkan
diharapkan terbentuk interaksi belajar siswa yang tidak hanya menekankan pada
proses pemanfaatan namun pencarian, penelitian atau penggalian berbagai sumber
belajar sehingga terbentuk cara berfikir yang lebih konprehensif dan
terintegrasi. Melalui interaksi tersebut diharapkan ada peningkatan dalam
keterampilan berfikir, keterampilan berinteraksi serta keterampilan
keterampilan ideal lainnya. Hal ini dapat dilakukan manakala dukungan yang
berasal dari lembaga, guru, siswa, masyarakat dan teknologi berkontribusi
positif terhadap penyelenggaraan pembelajaran berbasis teknologi informasi.
TES FORMATIF 1
Petunjuk:Pilihlah
salah satu jawaban yang dianggap paling tepat!
1. Teknologi informasi lebih menitikberatkan pada komponen: a. Data
diproses dengan komputer
b. Pemrosesan, pengolahan dan penyebaran komunikasi c. Penyimpanan dan
penerapan informasi
d. Data
diproses komputer dan disebarluaskan
2. Melalui komputer dapat mengendalikan semua bentuk informasi yang sangat
penting: a. Alter
b. Everet c. Abror d. Munir
3. Istilah pemanfatan komunikasi yang dilakukan secara langsung, adalah: a.
Syncronous
b. Asynchronous c. Teleconfrence
d. One to
one communication
4. Komunikasi antar pribadi disebut: a. One to many communication
b. One to
one communication
c. Teleconfrenc
d. Interpersonal
5. Mengapa internet sebagai sarana paling efektif dalam pembelajaran: a.
Biaya murah dan terjangkau semua lapisan masyarakat
b. Mudah
didapatkan di mana saja
c. Digunakan komunikasi one to one to many communication d. Digunakan
one to one communication
6. Di bawah
ini termasuk pada dukungan teknik kecuali:
a.
Administrator jaringan
b.
Administrator Web Course
c.
Teknisi komputer
d.
Operating system
7.
Model pembelajaran internet yang
menekankan penggunaan seluruh kegiatan pembelajaran sepenuhnya disampaikan
melalui internet:
a. Web
course
b. Web
centric course c. Web enhanced course d. World wide web
8.
Cara yang paling efektif dan
efesien untuk menghubungkan sejumlah komputer ke internet melalui:
a. Membangun jaringan lokal b. Membangun jaringan umum
c. Servis program yang akan digunakan d. Sofware internet yang akan
digunakan
9.
Untuk merawat dan mengoprasikan
infrastruktur pembelajaran melalui internet yang mesti diperhatikan, kecuali:
a. Client software dan hardware b. Server
c. Mode
distribusi
d.
Internet service provider
10. Hal yang
paling mendasar dalam implementasi internet di sekolah adalah faktor:
a.
Kebijakan lembaga dan komitmen
b.
Motivasi, kesiapan dan kesungguhan intitusi
c.
Kesadaran guru dan siswa tentang TI
d.
Dukungan keluarga siswa
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah hasil jawaban anda
dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang ada pada bagian belakang modul ini,
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan pembelajaran I.
Jumlah Jawaban Anda yang Benar Tingkat Penguasaan =
---------------------------------------- 10
X
100 %
Arti
Tingkat Penguasaan:
90 % - 100 % = Baik
Sekali
|
80 %
- 89 %
|
= Baik
|
|
70 % -
79 %
|
= Cukup
|
|
- 69 %
|
= Kurang
|
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke
atas, anda dapat meneruskan dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi
apabila tingkat penguasaan anda masih di bawah 80 % anda harus mengulang
kegiatan pembelajaran I, terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat
Mencoba.
KEGIATAN
PEMBELAJARAN 2: PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN
MELALUI INTERNET
PENGANTAR
Pada abad 21 ini terjadi suatu
keadaan yang sering disebut era globalisasi yang ditandai oleh banyaknya
perubahan pada semua aspek kehidupan, bukan hanya perubahan pada bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, budaya,
politik, dan termasuk bidang pendidikan. Saat ini dan di masa mendatang
pengaruh era globalisasi akan semakin terasa terutama dengan semakin banyaknya
saluran informasi yang tersedia seperti; surat kabar, majalah, radio, televisi,
telepon, faximili, komputer, internet, satelit komunikasi, sekolah, bahkan
informasi langsung yang dibawa oleh pengunjung (travelers). Semua itu
dimungkinkan dengan adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi,
terutama teknologi komunikasi, informasi dan transportasi. Dampak era
globalisasi ini menuntut manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya (human
survival), artinya manusia harus mampu mengendalikan dan memanfaatkan efek-efek
globalisasi dalam kehidupannya. Manusia adalah pencipta globalisasi, dan
manusia itu pula yang harus dapat mengendalikan, menguasai, memanfaatkan, dan
mengembangkan globalisasi untuk kepentingan kehidupannya. Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi, terutama teknologi informasi
dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan membentuk
seperti sebuah desa dunia. Batas-batas fisik negara satu dengan negara lainnya
menjadi begitu kurang nampak dan secara non-fisik hampir tanpa batas
(borderless). Globalisasi terjadi sebagai suatu proses mendunia yang tidak
tertahankan dan tidak mungkin terelakan. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya
untuk mempersiapkan para siswa sejak dini guna memasuki jaman global yang
menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Para siswa sekarang yang sedang menuntut
ilmu , pada dasarnya akan menjadi pelaku-pelaku utama pada jaman yang penuh
dengan persaingan. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban para guru untuk
memberi bekal kepada mereka agar bisa hidup (survive) di masa itu. Salah satu
upaya untuk mempersiapkan siswa memasuki jaman global tersebut yaitu dengan
mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi ke masa depan.
A. Model-Model Pembelajaran Internet
Ada tiga bentuk sistem
pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar
pengembangan sistem pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu: 1) Web
Course, 2) Web Centric Course, dan 3) Web Enhanced Course (Haughey, 1998).
1. Web
Cource
Web course adalah penggunaan
internet untuk keperluan pembelajaran, dimana seluruh bagian bahan belajar,
diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan
melalui internet. Siswa dan guru sepenuhnya terpisah, namun hubungan atau
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar bisa dilakukan setiap saat.
Komunikasi lebih banyak dilakukan secara ansynchronous daripada secara synchronous.
Bentuk web course ini tidak memerlukan adanya kegiatan tatap muka baik untuk
keperluan pembelajaran maupun evaluasi dan ujian, karena semua proses
pembelajaran sepenuhnya menggunakan fasilitas internet seperti email, chat
rooms, bulletin board dan online conference.
Selain itu sistem ini biasanya
juga dilengkapi dengan berbagai sumber belajar (digital), baik yang
dikembangkan sendiri maupun dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan
jalan membuat hubungan (link) ke berbagai sumber belajar yang sudah tersedia
pada internet, seperti data base statistic berita dan informasi, e-book,
perpustakaan elektronik dll.
Bentuk pembelajaran model ini
biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance
education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual campus/university
ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang bisa
diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan diberikan sertifikat.
2. Web
Centric Course
Sebagian bahan belajar, diskusi,
konsultasi, penugasan, dan latihan disampaikan melalui internet, sedangkan
ujian dan sebagian konsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka,
walaupun dalam proses belajarnya sebagaian dilakukan dengan tatap muka yang
biasanya berupa tutorial, tetapi prosentase tatap muka tetap lebih kecil
dibandingkan dengan prosentase proses pembelajaran melalui internet.
Bentuk ini memberikan makna bahwa
kegiatan belajar bergeser kegiatan di kelas menjadi kegiatan melalui internet
sama dengan bentuk web course, siswa dan guru sepenuhnya terpisah tetapi pada
waktu-waktu yang telah ditetapkan mereka bertatap muka, baik di sekolah maupun
ditempat-tempat yang telah ditentukan seperti di ruang perpustakaan, taman
bacaan, ataupun di balai pertemuan.
Penerapan bentuk ini sebagaimana
yang telah dilakukan pada perguruan tinggi-perguruan tinggi terkemuka yang
menggunakan sistem belajar secara of campus.
3. Web
Enhanced Course
Web Enhanced Course merupakan
pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas
belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course,
karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas.
Peranan internet disini adalah
untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi dengan
cara memberikan alamat-alamat atau membuat link ke pelbagai sumber belajar yang
sesuai dan bisa diakses secara online, untuk meningkatkan kuantitas dan
memperluas kesempatan berkomunikasi antara pengajar dengan peserta didik secara
timbal balik. Dialog atau komunikasi dua arah tersebut dimaksudkan untuk
keperluan berdiskusi, berkonsultasi, maupun untuk bekerja secara kelompok.
Berbeda dengan kedua bentuk
sebelumnya, pada bentuk web enhanced course ini prosentase pembelajaran melalui
internet justru lebih sedikit dibandingkan dengan
prosentase pembelajaran secara tatap muka, karena
penggunaan internet adalah hanya untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara
tatap muka.
Bentuk ini dapat pula dikatakan
sebagai langkah awal bagi intitusi pendidikan yang akan menyelenggarakan
pembelajaran berbasis teknologi informasi, sebelum menyelenggarakan
pembelajaran dengan internet secara lebih kompleks, seperti web centric course
ataupun web course.
Baik pada model ataupun web
course, web centric course ataupun web enhanced course, terdapat beberapa
komponen aktivitas seperti informasi, bahan belajar, pembelajaran ataupun
komunikasi, penilaian yang bervareasi. Secara umum komponen aktivitas dan
strukturnya dapat diterapkan dalam pengembangan pembelajaran melalui internet.
B. Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet
Untuk mengembangkan sistem
pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atas
seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga bisa didapatkan
pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan sistem
pembelajaran berbasis internet. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan
penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya antara lain:
a. Keuntungan. Sejauhmana sistem pembelajaran
berbasis internet akan memberikan keuntungan bagi intitusi, staf pengajar,
pengelola, dan terutama keuntungan yang akan diperoleh siswa dalam meningkatkan
kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka
secara konvensional
b. Biaya
pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan software
c. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan
infrastruktur, mengadakan peralatan serta sofware tidaklah sedikit. Untuk itu
perlu dipertimbangkan hal-hal seperti, apakah akan membangun suatu jaringan
secara penuh ataukah secara bertahap, apakah akan mengadakan peralatan yang
sama sekali baru ataukah meng-upgrade yang sudah ada atau scound.Mesti
diperhatikan bahwa sofwere yang asli bukan bajakan harganya relatif mahal.
Untuk itu dipertimbangkan kemampuan menyediakan dana dalam setiap pengambilan
keputusan.
d. Biaya operasional dan perawatan. Suatu sistem
akan berhjalan apabila dikelola secara baik. Dengan demikian, sistem
pembelajaran berbasis internet ini, juga diperlukan biaya operasional dan
perawatan yang tentunya tidak sedikit. Biaya operasional, honor pengelolaan,
biaya langganan ISP (Internet Service Provider), biaya langganan saluran
telepon tersendiri dan biaya pulsa telepon apabila berkeinginan menggunakan
dial-up.
Sedangkan biaya perawatan
termasuk penggantian suku cadang yang mengalami kerusakan baik karena umur
maupun kesalahan prosedur pemakaian. Untuk menanggulangi biaya operasional dan
perawatan tersebut, dapat dilakukan dengan mendayagunakan sistem tersebut agar
mampu menghasilkan uang (income generating), antara lain dengan membuka warnet
untuk umum, mengadakan pelatihan-pelatihan dan lain-lain.
e. Sumberdaya manusia. Untuk mengembangkan dan
mengelola jaringan dan sistem pembelajaran, diperlukan sejumalh sumberdaya
manusia yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi. Dalam hal ini
termasuk guru-guru yang harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran melalui
internet.
Untuk keperluan itu hendaknya
dilakukan identifikasi dan kemudian dipersiapkan tenaga-tenaga tersebut, apakah
bisa dicukupi dari dalam ataukah harus merekrut tenaga-
tenaga
baru. Untuk membekali tenaga-tenaga tersebut perlu diberikan pelatihan,
diperhitungkan lama waktu pelatihan, tempat pelatihan, cara pelatihan agar bisa
menfhasilkan tenaga yang memiliki kualifikasi.
f. Siswa. Yang tidak kalah pentingnya untuk
diperhatikan adalah mengetahui sejauhmana kesiapan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan internet yang akan diselenggarakan.
Kalau internet merupakan sesuatu yang baru bagi sebagian besar siswa, tentunya
perlu dilakukan serangkaian upaya untuk mengkondisikan agar mereka siap
berpartisipasi secara aktif dalam sistim pembelajaran yang baru tersebut.
Adalah hal yang tidak mudah untuk merubah kebiasaan mereka yang telah terbiasa
belajar secara tatap muka secara konvensional selama bertahun-tahun, yang
tentunya telah menjadi gaya belajar atau kebiasaan yang sudak mendarah daging.
Berdasarkan kajian dan
pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas, kemudian sistim pembelajaran
internet dikembangkan melalui tiga cara pengembangan yaitu:
1.
Menggunakan sepenuhnya fasilitas
internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC (Internet Relay Chat), word wide
web, seach engine, millis (milling list) dan FTP (File Transfer Protocol).
2.
Menggunakan sofware pengembang
program pembelajaran dengan internet yang dikenal dengan Web-Course Tools, yang
di anataranya bisa didapatkan secara gratis ataupun bisa juga dengan
membelinya. Ada beberapa vendor yang mengembangkan Web Course Tools seperti
WebCT, Webfuse, TopClass dan lain-lain.
3.
Mengembangkan sendiri program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan (tailor made), dengan menggunakan bahasa
pemrograman seperti ASP (Active Server Pages) dan lain-lain.
Setiap cara memeliki kelebihan
dan kekurangan, misalnya pengembangan program pembelajaran dengan menggunakan
fasilitas internet mempunyai kelebihan biayanya sangat murah dibandingkan yang
lain, namun ada kekurangan yaitu dalam pengelolaan agak sulit karena sifatnya
tidak terintegrasi. Sedangkan apabila menggunakan Web Course Tools atau
pengembangan secara taillor-made biayanya jauh lebih mahal, namun memiliki
kelebihannya yakni mudah dalam pengembangan dan pengelolalaannya, lebih power
full, dan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk memilih salah satu cara
yang akan dipakai, ditentukan pada pertimbangan berdasarkan kajian terhadap
berbagai hal seperti yang telah dibahas dibagian terdahulu tadi. Namun pada
dasarnya mendayagunakan internet untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan
adalah hal yang sangat layak untuk segera dilaksanakan secara luas di
institusi-institusi penyelenggara pendidikan di Indonesia.
C. Aplikasi Pembelajaran melalui Teknologi
Informasi
Dalam proses pembelajaran, aplikasi e-learning bisa mencakup aspek perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
Perencanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan
gambaran rencana (skenario) yang memproyeksikan mengenai beberapa aktivitas dan
tindakan yang akan dilakukan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dengan demikian aplikasi perencanaan pembelajaran yang berbasis e-learning pada
dasarnya memuat rencana, perkiraan dan gambaran umum kegiatan pembelajaran
dengan memanfaatkan jaringan komputer, baik intra-net maupun inter-net. Pada
prinsipnya dalam perencanaan
pembelajaran terdapat empat komponen utama, yaitu: materi/bahan ajar,
kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
Komponen tujuan berfungsi untuk menentukan arah
kegiatan pembelajaran. Dari rumusan tujuan pembelajaran harus sudah
terproyeksikan bagaimana proses berlangsungnya pembelajaran serta
kemampuan-kemampuan yang harus dimilikisiswa sebagai hasil belajar. Rumusan
tujuan pembelajaran tidak hanya menggambarkan hasil, tetapi juga menggambarkan
kegiatan atau proses.
Penetapan bahan ajar yang akan berfungsi untuk memberi makna terhadap
upaya pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran konvensional, bahan ajar untuk
setiap mata pelajaran sudah tersedia dalam buku paket, dan secara tatap muka
disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang dipilihnya. Sedangkan
bahan ajar untuk e-learning, selain para dapat memanfaatkan buku sumber yang
tersedia, juga dapat secara langsung mengakses bahan ajar/informasi pada
beberapa halaman web yang telah dibuat sebelumnya. Dengan demikian perolehan
informasi pembelajaran akan bersifat lebih luas, mendalam, dan bervariasi.
Kegiatan belajar mengajar yang tercakup dalam
perencanaan pembelajaran pada intinya berisi mengenai deskripsi materi/bahan
ajar, metode pembelajaran, dan alat/media pembelajaran. Untuk kepentingan media
pembelajaran berbasis e-learning, penentuan bahan ajar hanya memuat
pokok-pokoknya saja, sementara deskripsi lengkap dari pokok-pokok bahan ajar
disediakan dalam halaman web yang akan diakses siswa.
Evaluasi sebagai komponen terakhir dalam perecanaan pembelajaran
berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan pembelajaran telah tercapai dan
tindakan apa yang harus dilakukan apabila tujuan tersebut belum tercapai.
Melalui pendekatan pembelajaran berbasis e-learning, kegiatan evaluasi untuk
mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi, setiap siswa dapat melihat
dan mengikuti suruhansuruhan di halaman web. Bisa berupa pertanyaan,
tugas-tugas, dan atau latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa.
Dalam implementasi pembelajaran, terdapat model
penerapan e-learning yang bisa digunakan, yaitu: Selective Model, Sequential
Model, Static Station Model, dan Laboratory Model.
1. Selective
Model
Model selektif ini digunakan jika jumlah komputer
di sekolah sangat terbatas (misalnya hanya ada satu unit komputer). Di dalam
model ini, guru harus memilih salah satu alat atau media yang tersedia yang
dirasakan tepat untuk menyampaikan bahan pelajaran. Jika guru menemukan bahan
e-learning yang bermutu dari internet, maka denganterpaksa guru hanya dapat
menunjukan bahan pelajaran tersebut kepada siswa sebagai bahan demonstrasi
saja. Jika terdapat lebih dari satu komputer di sekolah/kelas, maka siswa harus
diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung.
2. Sequential
Model
Model ini
digunakan jika jumlah komputer di sekolah/kelas terbatas (misalnya hanya
dua atau tiga unit komputer). Para siswa dalam kelompok kecil secara
bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber pelajaran yang dibutuhkan.
Siswa menggunakan bahan e-learning sebagai bahan rujukan atau untuk mencari
informasi baru.
3. Static
Station Model
Model ini digunakan jika jumlah komputer di
sekolah/kelas terbatas, sebagaimana halnya dalam sequential model. Di dalam
model ini, guru mempunyai beberapa sumber belajar yang berbeda untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sama. Bahan e-learning digunakan oleh satu atau dua
kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Kelompok siswa lainnya menggunakan sumber belajar yang lain untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang sama.
4. Laboratory
Model
Model ini
digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/laboratorium yang
dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya
secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan
e-learning dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran
mandiri.
Setiap model e-learning yang dapat digunakan dalam
pembelajaran di atas masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan.
Pemilihannya bergantung kepada infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang
tersedia di sekolah. Bagaimanapun upaya pembelajaran dengan pendekatan
e-learning ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.
.
LATIHAN
1. Jelaskan
sistem model pembelajaran melalui jaringan internet!
2.
Untuk pengembangan pembelajaran
melalui internet, aspek-aspek apa saja yang dipertimbangkan dan dikaji hingga
menjadi sebuah keputusan!
3.
Jelaskan penerapan proses
pembelajaran melaui internet yang mencakup aspek perencanaan, implementasi dan
evaluasi
4.
Dalam aspek implementasi model
digunakan beberapa model e learning, sebutkan model yang paling sesuai dengan
kondisi pembelajaran di sekolah
Rambu-rambu
jawaban
Untuk menjawab soal latihan secara lengkap, anda dapat mengacu pada
uraian materi model pembelajaran melalui internet:
1. Sistem
model pembelajaran dengan mendayagunakan internet yaitu: 1) Web Course,
2) Web
Centric Course, dan 3) Web Enhanced Course.
2.
Aspek-aspek pengkajian meliputi:
1) Keuntungan, 2) Biaya pengembangan infrastruktur serta pengadaan peralatan
software, 3) Biaya operasional dan perawatan,
4) Sumber
daya manusia, dan 5) Siswa.
3.
Aspek perencanaan memproyeksikan
mengenai beberapa aktivitas dan tindakan yang akan dilakukan pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran, seperti komponen tujuan, materi belajar,
kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Aspek implementasi terdapat model
penerapan e-learning yaitu: selective model, squential model, static station
model dan laboratory model. Aspek evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil
dapat dilakukan secara bervareasi, setiap siswa dapat melihat dan mengikuti
suruhan-suruhan di halaman web.
4.
Diantara model yang sesuai dengan
kondisi sekolah rata-rata di Indonesia adalah Squential model mengingat jumlah
komputer di sekolah terbatas yang bisa akses internet. Para siswa dalam
kelompok kecil secara bergiliran menggunakan komputer untuk mencari sumber
belajar yang dibutuhkan.
RANGKUMAN
Model pembelajaran melalui
internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pertimbangan sistem
pembelajaran dengan menggunakan internet adalah web course, web centric course
dan web enhanced course. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan
bergantung dari sudutmana kebutuhan itu dapat dipenuhi. Hal itu menjadi
pertimbangan untuk diambil sebuah keputusan tentang pengembangan pembelajaran
melalui internet, seperti keuntungan bagi intitusi, biaya operasional dan
perawatan serta pengembangan inprastruktur, sumberdaya manusia yang memiliki
kompetensi dan integritas yang tinggi serta yang tak kalahpentingnya kesiapan
siswa yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran dengan internet.
Berdasarkan kajian dan
pertimbangan selanjutnya pengembangan sistem pembelajaran dapat dilakukan
melalui sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, software pengembang
program pembelajaran dengan internet web course tools, dan pengembangan sendiri
program pembelajaran. Masing-masing cara dapat dipilih bergantung model apa
yang akan dipakai dalam implementasi pembelajaran melalui internet. Model yang
dimaksud bisa dipilih selective model, squential model, atatic station model
dan laboratory model.
TES FORMATIF 2
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat!
1.
Penggunaan internet untuk
pembelajaran dimana sepenuhnya disampaikan melalui internet dikenal dengan
istilah:
a. Web
Course
b. Web Centric Course c. Web Enhanced Course d. Web Course Tools
2. Penggunaan
fasilitas internet seperti e-mail termasuk kedalam sistem pembelajaran :
a. Web
Course
b. Web
Centric Course
c. Web
Enhanced Course
d. Web
Course Tools
3.
Adanya pelatihan-pelatihan untuk
membekali tenaga pengembang pembelajaran internet termasuk pada pertimbangan
aspek:
a. Siswa b. Guru
c. Sumberdaya manusia d. Biaya
4. Di bawah
ini termasuk pada pengembangan web course tools adalah:
a. Word
Wide Web
b. Seach
Engine
c. Webfuse
d. Millis
5.
Mengembangkan sendiri program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan sesuai bahasa pemrograman dikenal dengan
istilah:
a. Active Server Pages b. Web Course Tools c. Web Wide Web
d. Seach
Engine
6.
Model ini digunakan jika tersedia
sejumlah komputer di sekolah yang dilengkapi dengan jaringan internet:
a.
Squential model
b. Static Station Model c. Laboratory Model d. Selective model
7.
Bahan E learning digunakan oleh
beberapa kelompok siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan:
a. Selective Model b. Laboratory Model c. Statyic Model
d.
Squential Model
8.
Pada prinsipnya perencanaan
pembelajaran melalui e-learning mempertimbangkan aspek-aspek, kecuali:
a. Tujuan
pembelajaran
b. Kegiatan Belajar Mengajar c. Siswa
d.
Evaluasi
9.
Keuntungan bagi siswa
memanfaatkan pembelajaran materi belajar yang berbasis e-learning adalah:
a. Bahan
tersedia dalam buku paket
b. Sumber belajar dapat memanfaatkan guru c. Bahan ajar pada beberapa
halaman web
d. Deskripsi
bahan ajar hanya pokok-pokok saja
10.
Kelompok bahan ajar printed
material dalam pembelajaran e-learning, contohnya adalah:
a. Kaset audio b. Kaset video c. Leaflet
d. VCD
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah hasil jawaban anda
dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang ada pada bagian belakang modul ini,
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan
|
pembelajaran
I.
|
|
|
|
Jumlah
Jawaban Anda yang Benar
|
|
Tingkat
Penguasaan =
|
---------------------------------------- X
100 %
|
|
|
10
|
|
Arti
Tingkat Penguasaan:
|
|
|
90 % -
100 %
|
= Baik
Sekali
|
|
80 %
- 89 %
|
= Baik
|
|
70 % -
79 %
|
= Cukup
|
|
- 69 %
|
=
Kurang
|
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat
penguasaan anda masih di
bawah 80 % anda harus mengulang kegiatan
pembelajaran I, terutama bagian yang belum anda kuasai. Selamat Mencoba.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3:
KEMASAN
DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI
PENGANTAR
Proses pembelajaran di sekolah
selama ini selalu menempatkan siswa sebagai objek yang harus diisi oleh
sejumlah ragam informasi dan sejumlah bahan-bahan ajar setumpuk lainnya.
Terjadi komunikasi hanya satu arah yaitu antara guru ke siswa dengan
membelajarkan melalui pendekatan ekspositori yang merupakan andalan dalam
metode pembelajaran. Interaksi pembelajaran guru-siswa semacam ini sudah
berlangsung lama yang berdampak verbalisme semakin merajalela. Pembelajaran
seperti ini masih bersifat konvensional karena keterlibatan guru dengan siswa
dalam suatu ruang kelas dalam bentuk tatap muka langsung sesuatu yang amat
penting. Hingga Mochtar Buchori (2000) telah mengkritik kondisi pendidikan di
Indonesia yang telah merampas kreativitas dan daya tarik siswa, sekolah
cenderung kurang terarah dikarenakan kurikulum yang tidak serasi, malahan
sekolah cenderung bersifat menunggu perkembangan.
Seiring dengan perkembangan
teknologi terutama kemajuan teknologi komunikasi yang menyebabkan sistim
penyampaian materi pelajaran dapat dilakukan tanpa harus tatap muka antara guru
dengan siswa, akan tetapi bentuk belajar yang terpisah antara guru dengan siswa
tetapi dilakukan bersamaan, itulah pembelajaran jarak jauh (distance learning),
seperti tutorial computer based, teleconfrence, correspondence cources, we
based training dan e-learning.
Perkembangan teknologi
pembelajaran seperti ini memunculkan pembelajaran berbasis komputer, yang
menyajikan kemasan bahan pembelajaran dalam bentuk hypermedia dan tidak
terkecuali pembelajaran melalui internet seperti electronic mail. Kondisi ini
dalam pembelajaran sangat menguntungkan terutama peserta didik akan terangsang
untuk belajar, terjadi keaktipan belajar siswa, malahan siswa akan belajar
lebih kreatif karena sumber belajar sangat bervareasi.
A. Hakikat Kemasan Bahan Belajar melalui Teknologi
Informasi
Secara singkat, bahan belajar
dapat diterjemahkan sebagai seperangkat material yang digunakan oleh seseorang
untuk melakukan kegiatan belajar. Hamalik (1995) menempatkan bahan belajar
sebagai bagian dari unsur-unsur dinamis dalam proses belajar disamping motivasi
siswa, alat bantu belajar, suasana belajar dan kondisi subjek belajar.Bahan
belajar menurut Hamalik, merupakan unsur belajar yang penting diperhatikan oleh
guru. Melalui bahan tersebut, siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan
dalam upaya mencapai tujuan belajar. Untuk itu, penentuan bahan belajar harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai apakah berupa pengetahuan,
keterampilan, sikap atau pengalaman lainnya. Pada proses pembelajaran di
sekolah, bahan-bahan belajar ini biasanya sudah digariskan dalam GBBP atau
silabus.
1. Teknologi Informasi dalam Pembelajaran
Istilah TI (Teknologi Informasi)
lahir pada abad ke duapuluh yang diawali dengan terbentuknya masyarakat
informasi. Istilah TI yang menggunakan kata informasi, pada dasarnya sangat
berkaitan dengan istilah TK (Teknologi Komunikasi) yang dikenal lebih dulu.
Kita melihat ada teknologi komunikasi yang berfungsi untuk menyalurkan
informasi, ada teknologi komunikasi yang berfungsi sebagai pengolah informasi
dan ada juga teknologi komunikasi yang berfungsi sebgai penyimpan dan pengolah
informasi. Fungsinya yang terakhir inilah menyebabkan kemudian ada orang yang
menyebutkan teknologi komunikasi sebgai teknologi informasi.
Menurut Richard Weiner dalam Webster,s New World Dictionary and Communications disebutkaaan bahwa
teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan
dan penyebaran data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi
informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. TI menitikberatkan
perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan
komputer dan telekomunikasi.
Dengan demikian semakin jelas
bahwa kelahiran istilah TI didasari perkembangan teknologi pengolahan data.
Bila teknologi komunikasi merupakan alat untuk menambah kemampuan orang
berkomunikasi, maka teknologi informasi adalah pengerjaan data oleh komputer
dan telekomunikasi.
Pemisahan istilah ini secara
moderat ditunjukkan oleh organisasi sarjana komunikasi internasional
(International Communication Associaton) yang mengelompokan sarjana komunikasi
yang menekuni bidang teknologi komunikasi dalam divisi “ Communication and
Technology”, sedangkan sarjana komunikasi yang menekuni teknologi informasi
dikelompokkan kedalam divisi “Sistem Informasi”. (A brar, 2001).
Dalam konteks yang lebih luas,
teknologi informasi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin
(komputer dan telekomunikasi). Berkaitan dengan aspek kemasan (package), maka
informasi yang diolah dan disampaikan oleh komputer untuk kepentingan belajar
inilah yang dikemas melalui sebuah proses pengemasan.
2. Pengembangan Bahan Pembelajaran
Bahan ajar atau learning
materials merupakan bahan pembelajaran yang secara langsung digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, bahan ajar yang lazimnya berisikan
tentang semua cakupan materi dari semua mata pelajaran. Bahannya sendiri
merupakan media atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
pembelajaran, bisa berupa pesan visual, audio maupun pesan audio visual. Secara
umum media dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, dapat dikatagorikan
menjadi dua, yaitu bahan ajar yang tercetak (printed materials) dan bahan ajar
yang tidak tercetak (non printed materials).
Dalam hal ini, bahan ajar dapat
dikembangkan sebagai bahan ajar yang diproyeksikan sebagai bahan ajar kategori
pertama (printed materials), walaupun bahan belajar itu akan dikembangkan
sebagai bahan belajar ditransfer untuk kepentingan pembelajaran melalui
internet atau e-learning. Bahan ajar termasuk pada kategori instrumental input,
yang berperan sebagai penopang dan merupakan sub sistem bagi implementasi
kegiatan pembelajaran. Bahan ajar ini tidak hanya digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar, akan tetapi harus dapat digunakan untuk kegiatan
pembelajaran siswa secara individual. Siswa dalam hal ini dapat mempelajari
tujuan pembelajaran, materi pelajaran, dan menilai ketercapaian atau
keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Bahan ajar yang dikembangkan
harus sesuai dengan kurikulum suatu mata pelajaran, digunakan sebagai sumber
utama pembelajaran seperti buku teks, ataupun bahan ajar yang sifatnya
penunjang untuk kepentingan pengayaan atau bahan ajar yang berkatagori suplemen
(penunjang). Bahan ajar sebagai sumber utama, siswa tidak perlu bersusah payah
untuk mencari sumber lain, mereka cukup mempelajari bahan ajar utama dengan
teliti. Penggunaan bahan ajar berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar bisa
dibagi kedalam dua kategori, yaitu katagori bahan ajar yang digunakan dalam KBM
dengan bimbingan lansung dari guru, seperti penggunaan buku teks sebagai bahan
tatap muka. Kedua, bahan ajar yang digunakan siswa untuk belajar
mandiri(individual study) tanpa bantuan guru, misalkan penggunaan modul atau
bahan ajar lainnya yang dirancang secara khusus seperi BBM (Bahan Belajar
Mandiri).
Bahan pembelajaran dapat
dikatagorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bahan tercetak dan kelompok
ban non cetak. Yang termasuk bahan tercetak antara lain berupa buku, modul,
paket berprograma, komik, cergam, poster, dan leaflet, sedangkan yang termasuk
pada bahan ajar non cetak seperti: kaset audio, kaset video, vcd dan film.
Karakteristik bahan pembelajaran cetak adalah: 1) Bahan ajar yang ditujukan
untuk kepentingan kurikuler, instruksional, dan pengembangan ilmu, 2) Bahan
ajar juga mengakomodasikan sumber-sumber daya (potensi) daerah tanpa
mengabaikan poin terdahulu, 3) Bahan ajar yang mengoptimalkan pembelajaran mandiri,
khususnya siswa,
4)
Bahan ajar dapat memberikan
pengayaan, khususnya bagi kegiatan belajar siswa, melalui pemberian tugas, dan
rujukan sumber lain yang disarankan, dan 5) Bahan ajar yang dikembangkan adalah
baghan ajar yang pembaca utamanya siswa.
B. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar
a..
Persiapan
Untuk menyusun suatu bahan ajar
ada beberapa hal yang perlu disiapkan, khususnya yang berkaitan dengan
kurikulum/GBPP, materi bahan ajar, dan sumber-sumber lain yang sekiranya akan
diperlukan dalam penulisan bahan ajar, seperti: photo, gambar, bagan, atau yang
lainnya.
Langkah pertama yang perlu
disiapkan dan dipelajari tatkala akan menyusun bahan ajar adalah kurikulum/GBPP
dari suatu bidang studi/mata pelajaran yang akan disusun bahan ajarnya.
Kurikulum digunakan sebagai acuan, baik yang berkaitan dengan tujuan mata
pelajaran, tujuan setiap topik (TPU), struktur materi bahan ajar, rancangan
strategi/metode, dan pengembangan untuk kegiatan evaluasi.
Setelah kurikulum/GBPP di atas
dipahami, langkah selanjutnya adalah mempelajari struktur materi dari bahan
ajar yang dikembangkan, yakni terkait dengan scope dan sequence. Kedua
hal ini harus dikembangkan sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek metodologis dan psikologis
anak didik.
Langkah terakhir pada tahap persiapan ini adalah mengumpulkan berbagai
sumber yang diperlukan, baik yang terkait dengan buku-buku, jurnal, makalah,
dan bahan-bahan lain yang akan digunakan sebagai pelengkap bagi penulisan bahan
ajar selanjutnya. b. Penulisan Draft Bahan Ajar
Setelah bahan ajar disusun dan
dikembangkan dengan menggunakan model tertentu, tahapan selanjutnya adalah
diskusi isi draft bahan ajar. Diskusi dapat dilakukan melalui fokus group
discussion (FGD) dalam KKG maupun MGMP dengan melibatkan beberapa
ahli
terkait, yaitu: ahli materi, ahli bahasa, dan ahli kurikulum. Bahan ajar yang
telah
didiskusikan
dan telah mendapat berbagai masukan dari
para ahli, kemudian direvisi
sesuai
dengan masukan yang ada.
c.
Penyelesaian
Tahapan akhir dari kajian draft
bahan ajar, adalah memperhatikan aspek kebahasaan, keterbacaan (readibility
study), kosa kata yang digunakan termasuk tingkat kesulitan bahasa dikaitkan
dengan pengguna utama (target audience). Kemudian kelengkapan bahan penunjang
lainnya seperti gambar, tabel, dsb.
C.
Pengemasan
Bahan Pembelajaran
Secara
leksikal, kata “kemasan” merupakan terjemaha n dari bahasa Inggris “package”
yang berarti “bungkus”, “pak” atau “paket”. Sedangk
an kata”pengemasan” merupakan terjemahan dari kata “packaging” yang berarti menge
pak atau membungkus. Dengan demikian kemasan dapat diartikan sebagai produk
yang dihasilkan oleh kegiatan atau proses pengemasan yaitu proses desain dan
pembuatan kemasan untuk barang eceran. Pengemasan diterapkan sama untuk semua
produk konsumsi dan produk industrial.
Ada dua alasan utama yang
berkaitan dengan fungsi kemasan, yang pertama adalah adanya suatu peradaban
yang lebih kompleks dan standar kehidupan yang lebih tinggi yang menjadikan
sebuah produk perlu untuk memiliki kemasan yang lebih rapih dalam pengertian
fungsional.Yang kedua, kemasan menjadi suatu bagian penting dari proses
penjualan atau pendistribusian berkaitan dengan minat pengguna untuk membeli
atau menggunakan produk tersebut.
Sebuah kemasan yang baik tidak
akan menjual apapun jika konsep pengemasannya tidak tepat walaupun tidak
berarti menjual produk yang buruk. Sedangkan sebuah kemasan yang buruk bisa
memberikan citra yang jelek terhadap suatu produk yang sangat baik,
bagaimanapun baiknya pemikiran dan konsep pengemasannya. Jika pengemasan akan
digunakan semaksimal mungkin dalam proses pemasaran, kemasan harus langsung
menampilkan sejumlah fungsi vital, kemasan harus melindungi produk dan
menjaganya tetap dalam kondisi yang baik, memberi kesan mudah difungsikan,
mudah didistribusikan secara ekonomis, efektif biayanya dan memiliki daya jual.
Berdasarkan konsep kemasan dan
pengemasan di atas, maka dapat dipahami bahwa aspek kemasan merupakan bagian
dari proses perancangan (desain) yang berkaitan dengan fungsi dan
penampilansebuah produk. Adapun produk yang dimaksud adalah bahan belajar
melalui teknologi informasi. Dengan demikian bahan belajar (produk) yang
dimaksud harus memenuhi persyaratan terlindungi dan terjaga dalam kondisi yang
baik, memberi kesan mudah difungsikan, mudah didistribusikan secara ekonomis,
efektif biayanya dan memiliki daya jual.
D.
Kawasan
Teknologi Pembelajaran
Berbagai pendekatan
dapat digunakan oleh
seorang perancang kemasan
bahan
belajar, salah satunya adalah dengan menggunakan
kawasan teknologi pembelajaran. Dlam kawasan teknologi pembelajaran terdapat
lima kawasan yang didasarinya, dimana para peneliti dapat berkonsentrasi pada
satu bidang kawasan. Walaupun demikian karena hubungan ini bersifat
sinergistik, maka peneliti dapat memfokuskan diri pada satu kawasan atau
cakupan dalam kawasan tertentu dan menarik manfaat teori dan praktik dari
kawasan yang lainnya. (Seels, 1994).
Kawasan –kawasan yang dimaksud
adalah kawasan des ain, kawasan pengembangan, kawasan pemanfaatan, kawasan
pengelolaan dan kawasan penilaian. Hubungan dari masing-masing kawasan dengan
kawasan teknologi pembelajaran sebagai kawasan utama dapat digambarkan dalam
bagan sebagai berikut:
KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN
DESAIN
TEORI
PEMANFAATAN
PRAKTEK
PENILAIAN
PENGELOLAAN
a. Kawasan Desain
Kawasan
ini seringkali membatasi pada fungsi perencanaan, baik pada tingkat
makro dan mikro. Dalam hal penggunaan teknologi,
penelitian dan teori desain seringkali mengikuti eksplorasi praktisi mengenai
kemuskilan dan kemampuan perangkat keras atau perangkat lunak yang baru. Secara
umum desain dalam kawasan teknologi pembelajaran adalah untuk menentukan
kondisi belajar. Tujuannya untuk menciptakan strategi produk pada tingkat makro
(Program dan kurikulum) dan mikro (pelajaran dan modul).
Kawasan desain setidaknya
meliputi empat cakupan teori dan praktek. Kawasan desain meliputi studi
mengenai desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan
karakteristik pembelajaran.
b. Kawasan Pengembangan
Kawasan pengembangan berakar dari
persoalan produksi media. Pengembangan yang dimaksud adalah proses
penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Kawasan ini mencakup
berbagai variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran dan tidak hanya
terdiri dari perangkat keras pembelajaran melainkan juga perangkat lunaknya.
Kawasan pengembangan pada
dasarnya dapat dijelaskan dengan adanya pesan yang didorong oleh isi, strategi
pembelajaran yang didorong oleh teori dan manifestasi fisik dari teknologi
(perangkat keras dan lunak serta bahan pembelajaran). Dengan demikian teknologi
merupakan tenaga penggerak dari kawasan pengembangan yang dapat diorganisasikan
dalam empat kategori yaitu teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi
berazaskan komputer dan teknologi terpadu.
c. Kawasan pemanfaatan
Kawasan pemanfaatan merupakan
kawasan tertua dari kawasan teknologi pembelajaran. Kawasan ini berasal dari
gerakan pendidikan visual (visual education movement) dengan didirikannya
museum-museum sekolah. Salah satu bentuk konkritnya adalah mempersiapkan
pameran untuk tujuan pembelajaran.
Fungsi kawasan ini sedemikian
penting karena membicarakan kaitan antara pebelajar dengan bahan atau sistem
pembelajaran.Fungsi ini sangat kritis karena pemanfaatan oleh pebelajar
merupakan satu-satunya alasan dari bahan pembelajaran.
Mengapa harus bersusah payah dengan pengadaan dan
pembuatan bahan pembelajaran jika tidak digunakan atau tidak dapat dimanfaatka.
Empat kategori dalam kawasan pemanfaatan ini adalah: pemanfaatan media, difusi
inovasi, implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan) serta kebijakan
regulasi.
d. Kawasan Pengelolaan
Kawasan ini meliputi pengendalian
teknologi pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkordinasian
dan supervisi. Kompleksitas pengelolaan berbagai macam sumber, personel, usaha
desain maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari
sebuah institusi pendidikan.
Secara singkat ada empat kategori
dalam kawasan pengelolaan yaitu: pengelolaan proyek, pengelolaan sumber,
pengelolaan sistem penyampaian dan pengelolaan informasi.
e. Kawasan Penilaian
Kawasan ini adalah kawasan dimana
terjadi proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan pembelajar.
Penilaian dimulai dengan analisis masalah sebagai langkah awal yang penting
dalam pengembangan dan penilaian pembelajaran, karena tujuan dan hambatan
dijelaskan dalam langkah ini.
Penilaian sebagai komponen
terakhir dalam pembelajaran berfungsi untuk mengukur sejauhmana tujuan
pembelajaran telah tercapai dan tindakan apa yang harus dilakukan apabila
tujuan tersebut belum tercapai. Melalui pendekatan pembelajaran e-learning,
kegiatan evaluasi untuk mengetahui hasil dapat dilakukan secara bervariasi,
setiap siswa dapat melihat dan mengikuti suruhan-suruhan yang berada pada halam
web. Bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas dan latihan yang harus dikerjakan
siswa.
LATIHAN
Petunjuk:
Jawablah pertanyaan di bawah ini secara jelas dan tepat
1. Jelaskan pengertian kemasan dan pengemasan bahan ajar
dalam teknologi informasi!
2. Diskusikan dengan temanmu, apa perbedaan antara bahan ajar yang termasuk
printed materials dan bahan ajar non printed materials!
3. Langkah-langkah
yang ditempuh dalam prosedur pengembangan bahan ajar!
4. Kemukakan kawasan teknologi pembelajaran menurut Seels, (l994)!
Rambu-Rambu Jawaban
Untuk menjawab soal latihan secara lengkap, anda dapat mengacu pada
uraian materi Kemasan bahan dan teknologi pembelajaran:
1. Kemasan berarti bungkusan, sedangkan pengemasan berarti membungkus atau
mengepak, maksudnya kemasan dan pengemasan merupakan bagian dari proses
perancangan yang berkaitan dengan fungsi dan penampilan produk bahan ajar,
mudah didistribusikan secara ekonomis, efektif biaya dan daya jual.
2. Bahan ajar printed material atau bahan tercetak yaitu bahan tercetak
antara lain berupa buku, modul, paket berprograma, komik, cergam, poster, dan
leaflet. Sedangkan bahan ajar non printed material yaitu bahan ajar yang
termasuk bahan tidak melalui cetak antara lain berupa kaset audio, kaset video,
cd, vcd dan film.
3. Prosedur pengembangan bahan ajar meliputi: Persiapan, penulisan draft
bahan ajar, pendiskusian isi draft bahan ajar dan tahap penyelesaian.
4. Seels (l994) menjelaskan tentang kawasan teknologi pembelajaran meliputi
kawasan desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian.
RANGKUMAN
Bahan belajar merupakan seperangkat material yang
digunakan seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Bahan belajar dapat
berupa dikemas sedemikian rupa agar menarik pembelajar sehingga mudah didistribusikan
dengan efektif dan efesien dalam mencapai sasaran belajar. Bahan belajar dapat
dikatahorikan menjadi dua kelompok, yaitu bahan ajar tercetak atau printed
materials dan kelompok bahan belajar tidak tercetak atau non printed materials.
Bahan belajar yang dikembangkan dapat digunakan
sebagai sumber utama pembelajaran dan bahan belajar yang sifatnya penunjang
untuk pengayaan atau kategori suplemen. Dua kelompok ini dapat dilihat dari
penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran, yaitu bahan ajar yang
digunakan dalam pembelajaran dengan bimbingan langsung dari guru, dan bahan
ajar yang digunakan siswa untuk belajar mandiri tanpa bimbingan langsung guru.
Kaitannya dengan e-learning, ada kecenderungan bahan ajar itu cocok untuk
kepentingan belajar jarak jauh, seperti modul.
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar diawali
persiapan yang dipelajari adalah kurikulum/GBPP mata pelajaran tertentu yang
berkaitan dengan tujuan, struktur materi, strategi/metode dan evaluasi. Langkah
berikutnya penulisan bahan ajar sesuai karakteristik yang telah dirancang,
disusul dengan diskusi isi draft bahan ajar pada kelompok sejenis misalkan KKG
yang melibatkan ahli yang berbeda. Setelah itu, perhatikan sistematika,
penulisan, dan kelengkapan bahan penunjang seperti gambar, tabel dsb.
Pendekatan dalam perancangan bahan ajar adalah kawasan teknologi pembelajaran
meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan, penglolaan dan penilaian. Kelima
kawasan ini kait mengkait dalam praktek pembelajaran yang berbasis e-learning.
TES FORMATIF 3
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
1. Menurut Richard Weiner, teknologi informasi adalah: a. Bagian unsur
dinamis dalam proses belajar
b.
Menyimpan dan mengolah informasi
c.
Pemrosesan, pengolahan dan penyebaran data melalui komputer
d.
Bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan telekomunikasi
2. Konsep
kemasan dalam pembelajaran lebih dititikberatkan pada:
a. Produk yang dihasilkan dari proses pengemasan b. Produk yang
berkaitan dari konsumsi dan industri
c. Bagian dari proses perancangan yang berkaitan dengan penampilan
produk d. Bagian dari proses perancangan yang berkaitan dengan bahan belajar
3. Instrumental input dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan: a. Bahan
ajar harus disesuaikan dengan kurikulum
b. Bahan ajar memiliki peran sebagai penopang dari kegiatan pembelajaran
c. Kesesuaian bahan ajar dengan tujuan pembelajaran
d.
Suplemen yang dikembangkan menjadi berbagai jenis bahan ajar
4. Salah
satu bahan ajar yang termasuk kelompok non printed materials:
a. Cergam
b. Leaflet
c. Kaset
video
d. Modul
5. Salah satu karakteristik bahan ajar yang dikembangkan termasuk pada
kelompok bahan cetak, kecuali adalah:
a. Bahan ajar ditujukan untuk kepentingan kurikuler b. Bahan ajar
mengoptimalkan belajar mandiri
c. Bahan
ajar dapat memberikan bahan pengayaan
d. Bahan
ajar yang dikembangkan pembaca utamanya tidak hanya siswa
6. Langkah terakhir dari persiapan untuk menyusun suatu bahan ajar adalah:
a. Mempelajari kurikulum suatu bidang studi
b. Mempelajari struktur materi dari bahan ajar yang dikembangkan c.
Mengumpulkan berbagai sumber belajar yang diperlukan
d.
Memperhatikan aspek metodologis dan psikologis anak didik
7. Prosedur langkah pembelajaran setelah penulisan draft bahan ajar adalah:
a. Mendiskusikan isi draf bahan ajar
b.
Menyusun bahan ajar suatu bidang studi
c. Mengumpulkan berbagai sumber belajar yang diperlukan d. Memperhatikan
aspek kebahasaan dan keterbacaan
8. Dalam teknologi pembelajaran, kawasan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian dan supervisi dikatagorikan:
a.
Kawasan pemanfaatan b. Kawasan pengelolaan c. Kawasan penilaian
d.
Kawasan pengembangan
9. Kawasan teknologi pembelajaran yang berkaitan dengan kawasan desain,
kecuali meliputi:
a. Strategi pembelajaran b. Pengelolaan informasi
c. Karakteristik
pembelajaran
d.
Pemanfatan media pembelajaran
10. Kemasan
evaluasi lebih menitikberatkan pada:
a. Kemasan yang berhasil dibuat kemudian dipasarkan b. Bahan masukan
untuk diadakan perbaikan
c.
Mengetahui kecenderungan pengguna bentuk
d.
Memahami bagaimana kecenderungan selera pasar
BALIKAN DAN TINDAK LANJUT
Cocokanlah hasil jawaban anda
dengan kunci jawaban Tes Formatif I yang ada pada bagian belakang modul ini,
Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk
mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi kegiatan
|
pembelajaran
I.
|
|
|
|
Jumlah
Jawaban Anda yang Benar
|
|
Tingkat
Penguasaan =
|
---------------------------------------- X
100 %
|
|
|
10
|
|
Arti
Tingkat Penguasaan:
|
|
|
90 % -
100 %
|
= Baik
Sekali
|
|
80 %
- 89 %
|
= Baik
|
|
70 % -
79 %
|
= Cukup
|
|
- 69 %
|
=
Kurang
|
Kalau anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat
meneruskan dengan kegiatan pembelajaran 2, Bagus! Akan tetapi apabila tingkat
penguasaan anda masih di
bawah 80
% anda harus mengulang kegiatan pembelajaran I, terutama bagian yang belum
anda
kuasai. Selamat Mencoba.
KUNCI
JAWABAN
TES
FORMATIF I:
1.
B
2.
D
3.
A
4.
D
5.
A
6.
D
7.
A
8.
A
9.
C
10.
B
1.
A
2.
A
3.
C
4.
C
5.
A
6.
D
7.
C
8.
C
9.
C
10.
C
1.
C
2.
C
3.
B
4.
C
5.
D
6.
C
7.
A
8.
B
9.
D
10.
A
GLOSARIUM
1.
E-learning pada hakekatnya adalah
pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer dan atau internet.
Teknologi belajar seperti itu disebut pembelajaran berbasis web (Web-Based
Instruction)
2.
Web Course adalah penggunaan
internet untuk keperluan pembelajaran dimana seluruh kegiatan belajar
sepenuhnya disampaikan melalui internet.
3.
Web Centric Course adalah
sebagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, dan latihan disampaikan melalui
internet, sedangkan ujian dan sebagaian kegiatan lain disampaikan secara tatap
muka.
4. Web
Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk pendidikan yang menunjang
peningkatan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga pembelajaran
utamanya tatap muka di kelas.
5.
Kemasan adalah produk yang
dihasilkan oleh kegiatan atau proses pengemasan, sedangkan pengemasan bertalian
erat dengan proses desain dan pembuatan barang dimana kemasan merupakan hal
penting dari proses pendistribusian dari produk.
6.
Teknologi pembelajaran merupakan
pendekatan yang digunakan guru dalam merancang kemasan bahan belajar yang
disampaikan kepada siswa.
7.
Peningkatan produktivitas adalah
melalui e-learning waktu untuk perjalanan dapat direduksi sehingga
produktivitas seseorang tidak kehilangan karena proses pendidikan.
8.
Efisiensi merupakan proses
pembangunan kompetensi dapat dilakukan dalam waktu relatif lebih singkat dan
mencakup jumlah lebih besar.
9.
Fleksibel dan interaktif
maksudnya kegiatan e-learning dapat dilakukan dari lokasi mana saja selama ia
memiliki koneksi pengetahuan tersebut.
10. Printed
model adalah media yang dapat digunakan untuk menyampaikan bahan ajar yang
tercetak dan non printed materials bertalian dengan materi bahan ajar tidak
tercetak.
Daftar Pustaka
Boettcher Judith V. (l999). Faculty Guide for Moving Teaching and Learning to the Web. USA: Leage for Innovation in the
Community College.
Cronin
Mary J. (1996). The Internet Strategy
Hanbook: Lessons from the New Frontier
Business.
USA: Library of Congress.
Coburn,
P.,et al. (1985). Practical Guide to
Computer in Education. California:
Addison-Wisley
Publication C ompany Inc.
Departemen
Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman
Umum Pelaksanaan Pendidikan
Berbasis Keterampilan Hidup (Life
Skill) Melalui Pendidikan Broad Based Education Dalam Pendidikan Luar Sekolah
dan Pemuda. Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda.
Hardjito.
(2001). Pola Hubungan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pemanfaatan
Internet: Studi Survai Motif
Pemanfaatan Internet Siswa SMU dan SMK DKI Jakarta.
Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
Heinich Robert. (1996). Instructional Media and Technologies for Learning. New Jersey:
Prentice-Hall Inc..
Kasali Rhenald. (1999). Membidik Pasar Indonesia. Segmentasi, Targeting dan Postioning. Cetakan ketiga. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Nina W.
Syam. 2004. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Pendidikan.
Makalah. Disajikan pada Diskusi Panel.
UPI Bandung.
Oos Anwar, 2003. Internet: Peluang dan tantangan Pendidikan Nasional Jurnal
teknodik, Jakarta Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan
Depniknas.
Porbowono, 1996. Internet untuk dunia Pendidikan. Makalah, Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
Rahmi,
Rivalina. 2004 Pola Pencarian Informasi di Internet. Jurnal Teknodik Jakarta :
Pusat
Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan, Depniknas.
Vriens, Dirk 2004. Information and Communication Technology
for Competitive Intellegence University
of Nijmegen the Netherlands: Idea group Publishing.
Komentar
Posting Komentar