Audit Sistem Informasi
Pengertian Audit Sistem Informasi
Audit teknologi informasi atau
information systems (IS) audit adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari
infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi
ini dapat berjalan bersama-sama dengan audit finansial dan audit internal, atau
dengan kegiatan pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis. Pada mulanya istilah
ini dikenal dengan audit pemrosesan data elektronik, dan sekarang audit
teknologi informasi secara umum merupakan proses pengumpulan dan evaluasi dari
semua kegiatan sistem informasi dalam perusahaan itu. Istilah lain dari audit
teknologi informasi adalah audit komputer yang banyak dipakai untuk menentukan
apakah aset sistem informasi perusahaan itu telah bekerja secara efektif, dan
integratif dalam mencapai target organisasinya.
Tujuan Audit
Tujuan audit secara umum dapat diklasifikasilkan
sebagai berikut :
- Kelengkapan (Completeness). Untuk meyakinkan bahwa seluruh transaksi telah dicatat atau ada dalam jurnal secara aktual telah dimasukkan.
- Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan yang ada telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang benar, diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.
- Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan kewajiban yang tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal tertentu, jadi transaksi tercatat tersebut harus benar-benar telah terjadi dan tidak fiktif.
- Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum telah diterapkan dengan benar.
- Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait dengan saldo maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah diklasifikasikan dengan tepat.
- Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi dicatat pada tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan angka-angka buku besar. Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan dengan tepat.
- Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang dekat tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang dicatat mendekati akhir suatu peride akuntansi.
- Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan catatan kaki laporan tersebut.
Tujuan Audit Sistem Informasi
Sejarah singkat
serta pentingnya audit TI
sudah sempat disinggung di artikel sebelumnya. Gamatechno menyebut bahwa audit IT
merupakan pekerjaan yang tindakan, tujuan, serta kualitasnya telah diatur dalam
standar global; ada aturan etiknya; dan tuntutan profesional. Tentu saja hal ini
memerlukan pengetahuan khusus dan kemampuan praktis, yang sebelumnya juga
didahului oleh persiapan secara intensif.
Tentu saja selain
hal tersebut, audit TI memiliki beberapa elemen lain yang mesti dipahami. Di
artikel kali ini, tujuan serta langkah-langkah audit TI-lah yang bakal dikupas.
Secara umum, ada
lima tujuan dalam pelaksanaan audit TI, yaitu:
1.
Memberikan rekomendasi terhadap temuan yang muncul pada proses audit
Namanya juga audit,
tindakan ini melakukan pemeriksaan atas arsip pembukuan perusahaan. Bisa saja
ada temuan yang sebelumnya tidak disadari. Audit TI merekomendasikan temuan ini
untuk segera ditindaklanjuti.
2.
Rekomendasi mengenai tindakan yang dikerjakan
Selain temuan, ada
pula rekomendasi tentang tindakan yang bisa ditempuh. Hal ini bisa menghemat
waktu sebab tindak lanjut yang diambil bisa segera dilakukan tanpa harus
memikirkan ulang cara penanganannya.
3. Mengawasi
pelaksanaan rekomendasi
Setelah memberikan
rekomendasi, audit TI bisa berlaku juga sebagai pengawas. Hal ini untuk memastikan
bahwa tindakan yang diambil bisa berjalan secara presisi dan tidak menimbulkan
masalah baru.
4.
Memberikan jaminan kepada manajemen tentang kondisi yang ada pada organisasi
Audit yang baik akan
memberikan preseden yang baik pula terhadap perusahaan. Hasil ini juga bisa
memberi gambaran umum kepada manajemen tentang kondisi organisasinya.
5. Melakukan
penilaian
Setelah melakukan
serangkaian proses audit, akan diketahui bagaimana kinerja yang telah dilakukan
oleh perusahaan. Proses ini juga bisa menunjukkan penilaian sehingga bisa
terlihat tingkat efektivitas dan efisiensi yang dijalankan oleh tiap bagian.
Tahapan Audit Sistem Informasi
Audit Sistem Informasi dapat dilakukan dengan
berbagai macam tahap-tahap. Tahap-tahap audit terdiri dari 5 tahap sebagai
berikut :
1.
Tahap pemeriksaan pendahuluan
2.
Tahap pemeriksaan rinci.
3.
Tahap pengujian kesesuaian.
4.
Tahap pengujian kebenaran bukti.
5.
Tahap penilaian secara umum atas hasil pengujian.
·
Tahap Pemeriksaan Pendahuluan.
Sebelum auditor menentukan sifat dan luas
pengujian yang harus dilakukan, auditor harus memahami bisnis auditi
(kebijakan, struktur organisasi, dan praktik yang dilakukan). Setelah itu,
analisis risiko audit merupakan bagian yang sangat penting. Ini meliputi review
atas pengendalian intern. Dalam tahap ini, auditor juga mengidentifikasi
aplikasi yang penting dan berusaha untuk memahami pengendalian terhadap
transaksi yang diproses oleh aplikasi tersebut. pada tahap ini pula auditor
dapat memutuskan apakah audit dapat diteruskan atau mengundurkan diri dari
penugasan audit.
·
Tahap Pemeriksaan Rinci.
Pada tahap ini auditnya berupaya mendapatkan
informasi lebih mendalam untuk memahami pengendalian yang diterapkan dalam sistem
komputer klien. Auditor harus dapat memperkirakan bahwa hasil audit pada
akhirnya harus dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai apakah struktur
pengendalian intern yang diterapkan dapat dipercaya atau tidak. Kuat atau
tidaknya pengendalian tersebut akan menjadi dasar bagi auditor dalam menentukan
langkah selanjutnya.
·
Tahap Pengujian Kesesuaian.
Dalam tahap ini, dilakukan pemeriksaan secara
terinci saldo akun dan transaksi. Informasi yang digunakan berada dalam file
data yang biasanya harus diambil menggunakan software CAATTs. Pendekatan basis
data menggunakan CAATTs dan pengujian substantif untuk memeriksa integritas
data. Dengan kata lain, CAATTs digunakan untuk mengambil data untuk mengetahui
integritas dan keandalan data itu sendiri.
·
Tahap Pengujian Kebenaran Bukti.
Tujuan pada tahap pengujian kebenaran bukti
adalah untuk mendapatkan bukti yang cukup kompeten,. Pada tahap ini, pengujian
yang dilakukan adalah (Davis at.all. 1981) :
1.
Mengidentifikasi kesalahan dalam pemrosesan data
2.
Menilai kualitas data
3.
Mengidentifikasi ketidakkonsistenan data
4.
Membandingkan data dengan perhitungan fisik
5.
Konfirmasi data dengan sumber-sumber dari luar perusahaan.
·
Tahap Penilaian Secara Umum atas
Hasil Pengujian.
Pada
tahap ini auditor diharapkan telah dapat memberikan penilaian apakah bukti yang
diperoleh dapat atau tidak mendukung informasi yang diaudit. Hasil penilaian
tersebut akan menjadi dasar bagi auditor untuk menyiapkan pendapatanya dalam
laporan auditan. Auditor harus mengintegrasikan hasil proses dalam pendekatan
audit yang diterapkan audit yang diterapkan. Audit meliputi struktur
pengendalian intern yang diterapkan perusahaan, yang mencakup :
(1) pengendalian umum,
(2) pengendalian
aplikasi, yang terdiri dari :
(a) pengendalian secara
manual,
(b) pengendalian terhadap
output sistem informasi, dan
(c) pengendalian yang sudah
diprogram.
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian, teknik
pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan penelitian. Hal ini
berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa
alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah
mengenai dari mana data diperoleh. Apakah data diperoleh dari sumber langsung
(data primer) atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode Pengumpulan Data
merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode
menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket,
wawancara, pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul
Data merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa
alat, maka instrumen dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka /
tertutup), pedoman wawancara, camera photo dan lainnya.
Adapun tiga teknik pengumpulan
data yang biasa digunakan adalah angket, observasi dan wawancara.
1. Angket
Angket / kuesioner adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat
pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk
dijawabnya.
Meskipun terlihat mudah,
teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya
cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan angket menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono,
2007:163) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan
penampilan fisik.
Prinsip Penulisan angket
menyangkut beberapa faktor antara lain :
- Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban.
- Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris, dsb.
- Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau terturup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.
2. Observasi
Obrservasi merupakan salah
satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden
(wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian
ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar.
Participant Observation
Dalam observasi ini, peneliti
secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-hari orang atau situasi yang
diamati sebagai sumber data.
Misalnya seorang guru dapat
melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa,
kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.
Non participant Observation
Berlawanan dengan participant
Observation, Non Participant merupakan observasi yang penelitinya tidak ikut
secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang diamati.
Misalnya penelitian tentang
pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang menempatkan dirinya sebagai
pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang dianggap perlu sebagai data
penelitian.
Kelemahan dari metode ini
adalah peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak
sebagai pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam
peristiwa.
Alat yang digunakan dalam
teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera photo,
dll.
3. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara
pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data.
Wawancara pada penelitian
sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin
menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik
wawancara dapat diterapkan sebagai teknik pengumpul data (umumnya penelitian
kualitatif)
Wawancara terbagi atas
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
- Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
- Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar